Disuatu negri antah-berantah terdapat seorang raja yang zalim,raja yang santai/tenang tapi menghanyutkan,menjadi raja bukan karena kecerdasannya dalam ekonomi dan strategi tapi karena dia dianggap suka membela rakyat yang lemah yang dikemudian hari baru ketahuan kalau itu hanya pencitraan, dia merasa kalau dia ikhlas memajukan ekonomi negrinya,dengan kebodohannya dia sudah merasa telah berbuat yang terbaik buat rakyatnya padahal justru kebijakan-kebijakannya menyengsarakanrakyatnya, seiring berjalannya waktu gaya memimpinnya semankin beringas dia mulai suka menjual kehormatan penduduknya ke bangsa lain demi nafsu belaka.
Sang raja memang ramah dan suka menunjukkan giginya (alias tersenyum), tapi ketahuilah bahwa tidak semua keramahan atau senyuman itu alamat/tanda kebaikan kadang dibalik senyuman ada kebringasan.
Berkata seorang penyair (Abu Toyyib Al-Ju’fiy Al-Kuufiy) :
إذا رأيت أنياب الليث بارزة ً .. فلا تظنن أن الليث يبتسم
“Jika kamu melihat gigi taring seekor singa tampak jelas ** Maka janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa dia sedang tersenyum”
Melihat kebijakan yang tidak pro ke rakyat maka mulailah muncul para alim ulama serta tokoh masyarakat mengkritik kebijakan-kebijakan itu,bahkan para tokoh agama dan tokoh masyarakat itu dengan gagah berani mengumpulkan massa mempersatukan kekuatan demi menurunkan secara paksa raja yang zalim itu,sang raja yang dungu santai saja,masa bodoh dengan semua itu namun para mentrinya melihat itu ancaman lalu akhirnya para mentri mengusulkan sang raja untuk memanggil semua tokoh agama dan tokoh masyarakat ke istana kerajaan.
Undangan pun disebar,acara disetting sangat mewah,makanan enak terhidang indah dimeja makan,semua tamu undangan dipersilahkan mencicipi makanan,setelah makanan dilahap dan bersalaman dengam sang raja maka tamu undangan dipersilahkan untuk pulang ke daerah masing-masing dengan membawa hadiah sebuah kotak yang isinya 10 dinar emas serta pernak-pernik indah.
Dari 300 ratus tokoh yang diundang ada 20 tokoh yang berubah fikiran,awalnya kritis tapi setelah diundang ke istana kerajaan jadi melempem,semurah itulah harga dirinya,sedang 200 diantaranya masih kokoh mengkritik sedang 80 tokoh sisanya ragu-ragu.
Melihat cara itu cukup berhasil maka sang raja sering mengundang para tokoh tersebut,sampai akhirnya satu persatu tokoh yang tegas dan keras terhadap segala bentuk kedzoliman raja itu luluh,bahkan ada tokoh agama yang awalnya kokoh membela rakyat lalu diundang ke istana ngobrol ama raja beberapa jam lalu keluar dari istana menangis didepan rakyat dan menceritakan ke rakyat bahwa sang raja rajin puasa,rajin sholat 5 waktu dan ibadah lainnya.
Begitu dahsyatnya godaan dunia,namun masih ada tokoh-tokoh yang ikhlas melindungi bangsa dan agamanya,tidak terbujuk dengan rayuan dunia,tetap istiqomah dan kokoh menjaga agama dan negrinya,wlwpun karena itu ada yang harus terbunuh karakternya bahkan jiwanya,di intimidasi serta difitnah berbuat curang lalu dijebloskan ke penjara.
Itulah secuil cerita dari negri dongeng,yang hampir atau bahkan mirip dengan keadaan kita hari ini,pelajarannya :
Begitulah perihal tokoh islam dan tokoh masyarakat dari zaman ke zaman,dan itu akan berlanjut sampai hari pembalasan.
“Tidak semua syaikh/ustadz/tokoh yang hari ini dipenjara karena tertuduh extrim/teroris itu penjahat,dan tidak semua orang yang hari ini duduk dikursi kehormatan itu adalah orang baik”
“Hari ini anda hidup dizaman dimana orang jujur dianggap pembohong sedang pembohong dianggap jujur”
“Sangat idiot sekali jika anda mempercayai semua narasi dan lakonan yang dimainkan para penguasa”
Kata terakhir : “Kebenaran itu tidak dilihat dari banyaknya pendukung,tidak juga dilihat dari banyaknya tokoh yang berdiri disitu tapi pelajari dan fahamilah kebenaran itu niscaya engkau akan tau siapa saja yang berada diatas kebenaran itu (Imam Ali bin abi tholib Rodhiyallahu ‘Anhu)
Aku tidak tw apakah dengan kata-kata ini aku sudah menasehatimu atau belum ?
BARAKALLAHU FIIKUM
Sang Pujangga : Faruq Sinambela(Di Negri Yaman)